Sabtu, 15 Mei 2010

Galau

Kala kelopak mata tak mau memejamkan dirinya
Beribu bayangan masih saja bergelayut di alam kontemplasi
Berputar-putar seakan tak rela raga ini terlelap
Bahkan semua warna saling berpegangan membentuk lingkaran

Satu warna bernama tanggung jawab
Warna yang lain memperkenalkan dirinya sebagai: cita-cita, dilema sosial, cairan lambung, gubuk teduh, catatan intelektual, kupu-kupu, dan nama-nama yang selalu ingin dikenal dalam database jiwa

Entah mana yang harus disapa terlebih dahulu
Jika melihat dengan perspektif manusia usang
Karena semua merantai rasa seorang manusia
Seperti setiap manusia dengan mengabaikan sinar

Tetap saja jarum jam berdetik melaju ke kanan
Melahap masa dan usia, semakin bertambah
Tak kenal lelah, tak pernah peduli perkataan siapapun
Terus melaju tanpa ada yang menghalangi

Semakin bodoh, jika berharap seperti negeri imajinasi
Mampu menahan laju waktu untuk beberapa saat
Hingga dapat menyandarkan punggung rapuh pada batang pohon rimbun sambil menghela napas dengan perlahan
Lalu memejamkan mata sekejap saja
Membuang jauh galau yang bersemayam di urat nadi

Ada kalanya manusia -tanpa membedakan warna diri- seperti ini
Namun sinar tetap utuh dalam lentera abadi
Hanya ketika merasa galau

16 November 2009
23:53

Tidak ada komentar: