Pagi ini embun bergelayut di ujung-ujung ilalang
Setelah tersapu oleh kata-kata sepanjang malam
Mulai menyejukkan setiap helai rambut kering
Sesejuk Telaga Biru di kala jarum jam mulai berputar
Malam-malam yang lalu tak mampu memejamkan mata
Hanya monolog memenuhi hipotesa-hipotesa subjektif
Membara, walau tak pernahtahu di mana ada api
Membeku, walau suhu bukan nol derajat celsius
Sepasang mata yang lain berkedip-kedip di hadapan
Meneropong arah mata angin dalam perspektif kompas
Aku memandangi laju jarum kompas
Bergoyang-goyang menunjuk dua kutub, utara-selatan
Alibi-alibi berkomentar dari berbagai penjuru
Tak sekedar hitam dan putih
Melukiskan warna-warni pelangi selepas rintik gerimis
Logika semakin berputar-putar mencari lembah
Di mana Suryakencana?
Di mana Mandalawangi?
Tetapi drama teatrikal menjadi percakapan
Menyimpulkan informasi-informasi investigasi
Semakin nampak menghijau
Meski diantara merah dan hijau
1 Oktober 2009, 08:12
‘memacu langkah’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar